Kerajaan Terumanagara merupakan kerajaan
Hindu tertua ke dua setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanagara atau Kerajaan
Tarum merupakan kerajaan yang berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad
ke-4 hingga abad ke-7 Masehi.
Senin, 24 November 2014
KERAJAAN MATARAM KUNO
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa
Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi
oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung
Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan
Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto,
Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini
sangat subur.
KERAJAAN KUTAI
Letak Kerajaan Kutai
berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang merupakan Kerajaan Hindu
tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis yang disebut Yupa yang
mana ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta tersebut diperkirakan
berasal dari tahun 400 M (abad ke-5). Prasasti Yupa tersebut merupakan prasasti
tertua yang menyatakan telah beridirinya suatu Kerajaan Hindu tertua yaitu
Kerajaan Kutai.
KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar abad 13 oleh Nazimuddin
Al Kamil, seorang laksamana laut Mesir. Pada tahun 1238 M, ia mendapat tugas merebut pelabuhan
Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan
dari timur. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat
menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada. Beliau kemudian mengangkat
Marah Silu menjadi Raja Pasai pertama dengan gelar Sultan Malik Al Saleh (1285
– 1297).
SULTAN AGENG TIRTAYASA
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati.
Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.
Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang). Ia dimakamkan di Mesjid Banten. Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651 – 1682.
Ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.
Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.
Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.
Sultan Ageng Tirtayasa sejak muda sudah menaruh perhatian besar terhadap pengembangan agama Islam di Banten. Untuk mewujudkan keinginannya Sultan mendirikan pondok-pondok Pesantren di beberapa tempat dan menggiatkan pendidikan agama untuk keluarga raja dan masyarakat Banten. Beberapa buah masjid dan mushala dibangun sebagai tempat ibadah yang sekaligus mefasilitasi kegiatan dakwah dan syi’ar Islam.
Seorang ulama dari Makasar yang bernama Syekh Yusuf, yang kemudian menjadi menantu Sultan diangkat sebagai Mufti kerajaan yang sekaligus sebagai penasehat raja dibidang keagamaan. Sebagaimana Mataram, kerajaan Banten mempunyai hubungan persahabatan dengan penguasa Makkah Al Mukaramah, yang menganugerahkan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah bagi Sultan Ageng Tirtayasa. Selain membangun rohani akhlakul karimah rakyatnya, Sultan berusaha mensejahterakannya dengan mencetak sawah-sawah baru dan membuat sistim irigasi yang dimanfaatkan juga sebagai sarana jalan dari satu desa ke desa lainnya.
Sultan Ageng Tirtayasa mempunyai dua orang putera, yang sulung sebagai putera mahkota bernama Pangeran Gusti yang belakangan bergelar Sultan Haji, sedang adiknya bernama Pangeran Purbaya. Atas pesan ayahnya sebelum diangkat sebagai Sultan Muda dan diserahi beberapa tugas pemerintahan, Pangeran Gusti terlebih dahulu menunaikan ibadah haji. Disamping menunaikan ibadah kepergiannya ke tanah suci dimaksudkan untuk mendekatkan hubungan Banten dengan penguasa Masjidil Haram dan Ka’bah serta memperluas wawasan keIslamannya. Sementara Pangeran Purbaya mendapat kesempatan melaksanakan tugas sesuai wewenang yang mestinya menjadi tanggung jawab Pangeran Gusti.
Setelah lebih kurang dua tahun meninggalkan tanah kelahirannya, Pangeran Gusti pulang dengan membawa gelar Sultan Haji. Perkembangan kondisi di kerajaan ternyata menimbulkan kekecewaan yang besar dimana menurut penilainnya Pangeran Purbaya tidak perlu memiliki wewenang yang demikian besar. Pertentangan keluarga kerajaan tak dapat dielakkan, dimana Sultan Haji menyalahkan ayah dan adiknya. Kesempatan ini dimanfaatkan Kompeni Belanda dengan menggunakan cara klasik yang hemat tapi cukup effektif, yakni mengadu domba antara mereka.
Sultan Haji terbujuk oleh Batavia, sehingga kekuatan Banten terbelah menjadi dua, dan atas bantuan Belanda, Sultan Haji berhasil menduduki tahta kerajaan Banten di Surosowan. Untuk menghindari pertentangan lebih dalam dengan anaknya sendiri Sultan Ageng menyingkir ke Tirtayasa dan disana mendirikan istana kerajaan baru.
Pada waktu pecah perang antara Sultan Ageng, Pangeran Purbaya disatu pihak dengan Kompeni Belanda, Sultan Haji berusaha membalas budi baik Kompeni kepadanya, maka pasukan Sultan Ageng harus menghadapi dua kekuatan besar. Pada bulan Pebruari 1682 pasukan Sultan Ageng berhasil merebut istana Surosowan, tapi Belanda mendatangkan tentaranya dari Batavia dalam jumlah besar dengan persenjataan yang lebih lengkap.
Kedatangan bala bantuan yang demikian besar dari Batavia membesarkan hati Sultan Haji, dan pasukan gabungan mereka terus mendesak posisi Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya. Keberanian dan keteguhan perjuangan Sultan Ageng membangkitkan semangat Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf, mereka pantang menyerah dan terus mengadakan perlawanan terhadap Belanda di daerah-daerah secara terpisah-pisah hingga sampai batas wilayah kekuasan di Tangerang. Pada tahun 1683 Belanda terus mengadakan pengejaran dan Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Batavia.
Sebagai tanda persahabatan dengan Sultan Haji, Kompeni membangun kembali istana Surosowan menjadi istana yang lebih megah dan indah. Sembilan tahun mendekam dalam penjara, akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa wafat; jenasahnya dibawa ke Banten dan dimakamkan di sebelah Masjid Agung.
Pada tanggal 1 Agustus 1970 Sultan Ageng Tirtayasa, karena jasa-jasanya dan keberanian dalam mempertahankan tanah airnya melawan penjajah Belanda, beliau memperoleh gelar kehormatan dari Pemerintah sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam terbesar. Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di bidang keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat sultan.
Ketika terjadi sengketa antara kedua putranya, Sultan Haji dan Pangeran Purbaya, Belanda ikut campur dengan bersekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa. Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di Sorosowan (Banten), Belanda membantu Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack dan de Saint Martin.
Sumber : http://sejarah.info/2012/01/sejarah-sultan-ageng-tirtayasa.html
MAHAPATIH GAJAH MADA
Pipil lahir pada tahun 1300 di lereng pegunungan Kawi -
Arjuna, daerah yang kini dikenal sebagai kota Malang (Jawa Timur). Sejak
kecil, Pipil sudah menunjukkan kepribadian yang baik, kuat dan tangkas.
Kecerdasannya telah menarik hati seorang patih Majapahit yang kemudian
mengangkatnya menjadi anak didiknya, bahkan di kemudian waktu juga
menjodohkannya dengan putrinya sendiri yang bernama Ni Gusti Ayu Bebed untuk
menjadi istri. Beranjak dewasa, Pipil yang kemudian lebih dikenal dengan nama
Gajah Mada terus menanjak karirnya hingga menjadi Kepala (bekel) Bhayangkara
(pasukan khusus pengawal raja).
Pada 1334, Ratu Putri Sri Tribhuanatunggadewi
Maharajasa Jayawisnuwardhani melantik Gajah Mada sebagai Mapatih
Amangkubumi menggantikan Arya Tadah yang pensiun. Dan pada momentum inilah,
Sang Mapatih mengucapkan janji baktinya sambil mengacungkan kerisnya bernama
Surya Panuluh yang sebelumnya adalah milik Dyah Kertarajasa Jayawardhana, Raja
Pendiri Kerajaan Majapahit: “Lamun huwus kalah Nusantara ingsun a-mukti
pala-pa, lamun kalah Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang,
Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun a-mukti pala-pa”.
(“Setelah tunduk Nusantara, aku akan beristirahat. Setelah tunduk Gurun, Seram,
Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah aku
beristirahat”). Ternyata dengan konsep persatuannya ini, berbuah pada meredanya
pertumpahan darah antar kerajaan-kerajaan tersebut yang semula selalu saling
mengintai dan berupaya saling menguasai (berperang terus silih berganti)
sehingga menimbulkan banyak korban terutama terhadap rakyat masing-masing.
Dengan pengayoman Majapahit dan semboyan bhinneka tunggal ika, tan hana dharma
mangrwa, diantara kerajaan-kerajaan tersebut kemudian bisa menjadi lebih
menekankan perhatiannya kepada upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemajuannya
sendiri maupun bersama-sama. Selain itu juga menjadi lebih kuat menghadapi
ancaman penjajah asing (Tiongkok/Tartar), menggantinya menjadi hubungan
kerjasama dagang dan budaya yang saling menguntungkan masing-masing pihak.
Sang
Mapatih mendapat ujian berat dalam peristiwa Perang Bubat. Sebagai sebuah
kerajaan yang sudah sangat kuat pada saat itu maka Majapahit dapat saja
menundukkan Kerajaan Sunda (Pakuan Pajajaran), namun Sang Mapatih lebih memilih
menghindari kekerasan dan pertumpahan darah. Sejalan dengan itu, Sang Dyah
Hayam Wuruk Sri Rajasanagara (Raden Tetep) yang telah beranjak dewasa serta
menjadi raja Majapahit yang baru juga ingin menjadikan Putri Raja Sunda (Dyah
Pitaloka) sebagai permaisurinya. Maka persatuan antara Majapahit dengan
Kerajaan Sunda diharapkan dapat diwujudkan dengan tali perkawinan tersebut.
Pada awalnya, rencana ini dapat diterima dengan baik oleh pihak Kerajaan Sunda,
namun ketika sampai di daerah Bubat, rombongan Kerajaan Sunda tiba-tiba
mengajukan persyaratan agar Sang Raja Majapahit harus turun sendiri menjemput
pengantin dan rombongannya di daerah tersebut. Sang Mapatih dihadapkan pada
dilema, baik menerima maupun menolak persyaratan itu sama-sama akan
membahayakan jalinan persatuan Nusantara yang sudah dengan susah payah
dibangunnya sebelum ini. Sebuah persatuan yang (pada masa itu) dapat
dipertahankan diatas wibawa Sang Penguasa Kerajaan Majapahit. Para raja lain
dibawah kekuasaan Majapahit akan membaca peristiwa tersebut sebagai isyarat
melemahnya kerajaan besar tersebut oleh kepemimpinan Sang Raja yang masih muda
itu. Ini berarti akan berkobarnya kembali perang karena pemberontakan dari
kerajaan-kerajaan dibawah Majapahit. Sang Mapatih berupaya membicarakan masalah
tersebut dengan Raja Sunda hingga kemudian dapat diterima dan disetujui, namun
ketika kembali ke kotaraja, didengarnya kembali berita bahwa pihak Kerajaan
Sunda tetap berkeras pada pendiriannya semula, bahkan Patih Anepaken dari
Kerajaan Sunda sudah mempersiapkan pasukan perangnya jika persyaratannya
ditolak, hingga jalan perang pun tak dapat terhindarkan lagi sampai berakhir
ketika Raja Sunda terbunuh, diikuti oleh putrinya yang bunuh diri. Raja Hayam
Wuruk yang terlanjur menyukai Sang Putri menjadi sangat terpukul dan kecewa.
Tak
lama kemudian Sang Mapatih yang berperawakan sedang dan tegap ini (karakter
wajah dari temuan patung yang selama ini banyak diperkirakan sebagai bentuk
wajah Gajah Mada, sebenarnya hanya wajah imajiner pembuatnya, bukan dan tidak
menyerupai wajah Gajah Mada yang sesungguhnya) lalu mengajukan pengunduran
diri, menyendiri (laku tapa) bersama istrinya, Ni Bebed hingga meninggal pada
1364. Dan kejayaan Majapahit pun mulai meredup.
HAYAM WURUK
Hayam Wuruk dilahirkan tahun 1334.
Peristiwa kelahirannya diawali dengan gempa bumi di Pabanyu Pindah dan meletusnya Gunung Kelud.
Pada tahun itu pula Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Peristiwa kelahirannya diawali dengan gempa bumi di Pabanyu Pindah dan meletusnya Gunung Kelud.
Pada tahun itu pula Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Hayam Wuruk memiliki adik perempuan bernama Dyah Nertaja alias Bhree Pajang,dan adik angkat bernama Indudewi alias Bhree Lasem,yaitu putri Rajadewi,adik ibunya.
Permaisuri Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Padukasori putri Wijayarajasa
Bhre Wengker.
Dari pernikahan itu lahir lah Kusumawardhani yang menikah dengan Wikramawardhana putra Bhre Pajang.
Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai Bhre Wirabhumi
yang menikah dengan Nagarawardhani putri Bhre Lasem.
Permaisuri Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Padukasori putri Wijayarajasa
Bhre Wengker.
Dari pernikahan itu lahir lah Kusumawardhani yang menikah dengan Wikramawardhana putra Bhre Pajang.
Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai Bhre Wirabhumi
yang menikah dengan Nagarawardhani putri Bhre Lasem.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk
Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk,Majapahit menaklukkan Kerajaan Pasai dan Aru (kemudian bernama Deli,dekat Medan sekarang). Majapahit juga menghancurkan kerajaan Sriwijaya di Palembang,
Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk,Majapahit menaklukkan Kerajaan Pasai dan Aru (kemudian bernama Deli,dekat Medan sekarang). Majapahit juga menghancurkan kerajaan Sriwijaya di Palembang,
Peristiwa Bubat
Tahun 1351,Hayam Wuruk hendak menikahi puteri Raja Galuh (di Jawa Barat),Dyah Pitaloka Citraresmi.
Pajajaran setuju asal bukan maksud Majapahit untuk mengambil alih kerajaan Galuh.
Ketika dalam perjalanan menuju upacara
pernikahan,Gajah Mada mendesak kerajaan Galuh untuk menyerahkan puteri sebagai upeti dan tunduk kepada Majapahit.
Kerajaan Galuh menolak,
akhirnya pecah pertempuran,Perang Bubat.
Dalam peristiwa menyedihkan ini seluruh rombongan kerajaan Galuh tewas,dan dalam beberapa tahun Galuh menjadi wilayah Majapahit.
"Kecelakaan sejarah" ini hingga sekarang masih dikenang terus oleh masyarakat Jawa Barat dalam bentuk penolakan nama Hayam Wuruk dan Gajah Mada bagi pemberian nama jalan di wilayah ini.
Tahun 1351,Hayam Wuruk hendak menikahi puteri Raja Galuh (di Jawa Barat),Dyah Pitaloka Citraresmi.
Pajajaran setuju asal bukan maksud Majapahit untuk mengambil alih kerajaan Galuh.
Ketika dalam perjalanan menuju upacara
pernikahan,Gajah Mada mendesak kerajaan Galuh untuk menyerahkan puteri sebagai upeti dan tunduk kepada Majapahit.
Kerajaan Galuh menolak,
akhirnya pecah pertempuran,Perang Bubat.
Dalam peristiwa menyedihkan ini seluruh rombongan kerajaan Galuh tewas,dan dalam beberapa tahun Galuh menjadi wilayah Majapahit.
"Kecelakaan sejarah" ini hingga sekarang masih dikenang terus oleh masyarakat Jawa Barat dalam bentuk penolakan nama Hayam Wuruk dan Gajah Mada bagi pemberian nama jalan di wilayah ini.
Tahun 1389 , Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak:
Kusumawardhani (yang bersuami Wikramawardhana ),serta Wirabhumi yang merupakan anak dari selirnya.
Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya,Wikramawardhana
Kusumawardhani (yang bersuami Wikramawardhana ),serta Wirabhumi yang merupakan anak dari selirnya.
Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya,Wikramawardhana
KERAJAAN CIREBON
·
Perguruan Islam Kerawang dibangun oleh
seorang mubalig dari Mekkah, Syekh Syamsudin atau dikenal dengan Syekh Kuro
(1418 M).
·
Perguruan Islam Gunung Jati dibangun
oleh Syekh Idhafi (Datuk Kahfi) atau dikenal sebagai Syekh Nurjati dari Bagdad
tahun 1420 M.
·
Tahun 1452 M, dibangun Kraton Pakungwati
yang menjadi kerajaan islam pada tahun 1479 M.
·
Kraton Pakungwati diserahkan kepada
keponakan Syarif Hidayatullah yang bernama Maulana Mahmud Syarif Abdillah
Sultan Mesir.
·
Sebelum diserahi Kraton Pakungwati,
Syarif Hidayatulah dinikahkan dengan putrid Cakrabuana Sri Mangana (Ratu
Pakungwati).
·
Setelah dinobatkan menjadi raja
Pakungwati, Syarif Hidayatullah bergelar Yang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati
Purba Penetep Panata Agama Auliya Allah Kutubijaman Khalifatur Rasulullah.
·
Selama menjadi raja Pakungwati, Syarif
Hidayatullah rajin berdakwah menyiarkan aga islam dibantu pamannya, Pangeran
Cakrabuana, sehingga mencapai wilayah Pajajaran dan kerajaan Galuh di
Ciamis-Jawa Barat.
Tahun 1568 M, Syarif
Hidayatullah meninggal, dimakamkan di Gunung Sembung (sebelah barat Gunung
Jati) terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
KERAJAAN BANTEN
·
Tahun 1526 M Fatahillah, pemimpin
tentara Demak dan Cirebon, berhasil merebut Kerajaan Banten dari Kerajaan Hindu
Pajajaran.
·
20 tahun kemudian, Hasanuddin putra
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dari Cirebon menjadi Sultan Banten yang
pertama.
·
Perkembangan Kerajaan Banten didorong
oleh banyaknya kapal dagang yang lewat di perairan Banten.
·
Sultan Hasanuddin memerintah tahun
1552-1570 M, Kerajaan Banten masih dalam kekuasaan Kerajaan Demak, ketika
terjadi kekacauan, Sultan Hasanuddin menyatakan bahwa Banten bebas dari
kekuasaan Raja Demak.
·
Pada masa Sultan Hasanuddin terjadi
penyebaran Islam ke daerah Lampung dan terjadu hub persahabatan dengan Sultan
Aceh yang menguasai wilayah Indrapura.
·
Tahun 1570 M Sultan Hasanuddin
meninggal, dan dilanjutkan oleh anaknya, Maulana Yusuf yang memerintah
tahun1570-1580 M.
·
Tahun 1579 M, Maulana Yusuf mengadakan
penyebaran agama Islam ke wilayah Pajajaran.
·
Tahun 1580 M, Maulana Yusuf meninggal
lalu digantikan oleh putrnya, Maulana Muhammad sebagai Sultan Banten III
(1580-1596 M) yang diberi gelar, Kanjeng Ratu Banten, ia naik tahta waktu
usianya masih 9 tahun, maka kerajaan dipegang oleh Mangkubumi Ranamanggala dan
dibantu Tuan Kadi Besar.
·
Pada usia 25 tahun, Maulana Muhammad
mulai memegang pemerintahan. Dalam penyerangan ke Palembang, Maulana Muhammad
terbunuh, dan digantikan putranya yang bernama Abdul Mafakir (1608-1624 M).
·
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Mangkubumi Ranamanggala. Mempunyai Bandar dagang
(pelabuhan dagang) yang besar, yaitu Banten dan Jayakarta.
·
Tahun 1618 M, Belanda mengusir Inggris
dari Jayakarta, tetapi dibiarkan oleh Wijayakrama. Ranamanggala mengetahui hal
ini, lalu Wijayakrama ditangkap dan dibawa ke Banten untuk ditahan.
·
Tahun 1624 M, Ranamanggala meninggal
sehingga Banten menjadi lemah.
·
Banten mulai bangkit saat dipegang oleh
Abdul Fatah yang dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah pada
tahun 1651-1682 M.
·
Sultan Ageng Tirtayasa sangat anti
terhadap Belanda dan didukung oleh ulama dari Makassar, Syekh Yusuf yang
melarikan diri ke Banten karena Makassar diserang Belanda, 1667 M. Tetapi tidak
disetujui oleh putranya, Abdul Kahar, yang terkenal sebagai Sultan Haji.
·
Tahun 1618 M, terjadi peperangan hebat,
Sultan Haji yang dibantu Belanda berhasil merebut kekuasaan ayahnya, dan pada
tahun 1683 M, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap Belanda ke Batavia dan meninggal
tahun 1692 M.
·
Pada masa pemerintahan Sultan Haji,
Banten makin lama makin mundur karena selalu diatur oleh Belanda.
·
Tahun 1808-1811 M, ketika Dandels
menjadi Gubernur Jenderal, Kerajaan Islam Banten dihapuskan dan tidak didengar
lagi.
Minggu, 23 November 2014
KI HAJAR DEWANTARA
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa
menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal
di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun[1];
selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah
aktivis pergerakankemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi,
dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah
pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata
untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal
kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional
Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah namakapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya
diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998
TARI SEKPUR SIRIH
Tari Sekapur Sirih merupakan tarian selamat
datang kepada tamu-tamu besar di Provinsi Jambi dan Riau.dan juga terkenal di
malaysia sebagai tarian wajib kepada tamu besar
Keagungan dalam
gerak yang lembut dan halus menyatu dengan iringan musik serta syair yang
ditujukan bagi para tamu. Menyambut dengan hati yang putih muka yang jernih
menunjukkan keramahtamahan bagi tetamu yang dihormati.
Tari
ini menggambarkan ungkapan rasa putih hati masyarakat dalam menyambut tamu.
Sekapur Sirih biasanya ditarikan oleh 9 orang penari perempuan, dan 3 orang penari
laki-laki, 1 orang yang bertugas membawa payung dan 2 orang pengawal. Propetri
yang digunakan: cerano/wadah yang berisikan lembaran daun sirih, payung, keris.
Pakaian: baju kurung /adat Jambi, iringan musik langgam melayu dengan alat
musik yang terdiri dari : biola, gambus, akordion, rebana, gong dan
gendang
TARI GAMBYONG
Tari Gambyong merupakan tari kreasi baru dari perkembangan Tari Tayub.[1] Biasanya
tari gambyong dilakukan bersama-sama oleh beberapa penari.[1] Unsur
estetis dari tari yang dilakukan bersama-sama terletak pada garis dan gerak
yang serba besar.[2]Gerak tangan, kaki dan kepala tampak lebih indah
dan ekspresif karena ditarikan bersamaan. Tarian ini semakin elok apabila
penari dapat menyelaraskan gerakan dengan irama kendhang.[3] Sebab,
kendhang sering pula disebut otot tarian dan pemandu gendhing.[3] Secara
umum, Tari Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan akhir atau
dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan,
beksan, dan mundur beksan
TARI PAYUNG
Tari
payung adalah tarian yang melambangkan kasih sayang.[1]Tarian ini dilakukan dengan menggunakan payung sebagai
instrument pelengkap.[2]Tarian yang berasal dari Minangkabau, Sumatera
Barat ini
biasanya dilakukan oleh 3-4 orang penari yang dilakukan secara berpasangan
antara pria dan wanita.[1]Tarian ini mencerminkan pergaulan muda-mudi, sehingga
penggunaan payung ini betujuan untuk melindungi mereka dari hal-hal negatif.[3]Tarian ini biasa dibawakan pada saat pembukaan suatu acara
pesta,pameran atau bentuk kegiatan lainnya
TARI SERIMPI
Tari serimpi merupakan tari klasik yang
berasal dari Jawa Tengah.[1][2] Tari
klasik sendiri mempunyai arti sebuah tarian yang
telah mencapai kristalisasi keindahan yang
tinggi dan sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta
lahir dan tumbuh di kalanganistana.[3]
Kebudayaan tari yang sudah banyak dipentaskan ini
memiliki gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan,
kehalusan budi, serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan
serta anggun dengan
diiringi suara musik gamelan.[4][5] Tari
serimpi Jawa ini dinilai mempunyai kemiripan dengan tari Pakarena dari Makasar, yakni dilihat dari segi kelembutan gerak parapenari.[6]
Sejak
dari zaman kuno, tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di keraton-keraton Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari
pentas yang lain karena sifatnya yang sakral.[7] Dulu
tari ini hanya boleh dipentaskan oleh orang-orang yang dipilih keraton.[7] Serimpi
memiliki tingkat kesakralan yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang
melambang kekuasaan raja yang berasal dari zaman Jawa Hindu,
meskipun sifatnya tidak sesakral tari
Bedhaya.[7][8][9]
Dalam
pagelaran, tari serimpi tidak selalu memerlukan sesajen seperti
pada tari Bedhaya, melainkan hanya di waktu-waktu tertentu saja.[8] Adapun
iringan musik untuk tari Serimpi adalah mengutamakan paduan suara gabungan, yakni saat menyanyikan lagu
tembang-tembang Jawa.[8]
Serimpi
sendiri telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa, di antaranya durasi waktu
pementasan.[10] Kini salah satu kebudayaan yang
berasal dari Jawa Tengah ini dikembangkan menjadi beberapa varian baru dengan durasi pertunjukan yang semakin singkat.[10] Sebagai contoh Srimpi
Anglirmendhung menjadi
11 menit dan juga Srimpi
Gondokusumo menjadi 15 menit yang awal penyajiannya berdurasi
kurang lebih 60 menit.[11]
Selain waktu pagelaran, tari ini juga mengalami
perkembangan dari segi pakaian.[12] Pakaian penari yang awalnya adalah
seperti pakaian yang dikenakan oleh pengantin putri keraton dengan dodotan dan gelung
bokor sebagai hiasan kepala, saat ini kostum penari
beralih menjadi pakaian tanpa lengan, serta gelung rambut yang
berhiaskan bunga
ceplok, dan hiasan kepala berupa bulu burung
kasuari
TARI SAMAN
Tari
saman adalah
sebuah tarian suku Gayo yang
biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair
dalam tarian saman mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan
untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman
di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam
Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda
UNESCO di Bali, 24 November 2011
TARO TOPENG
Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di dunia sejak zaman
pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat
atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa
topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi
dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni
dan adat sehari-hari.
Cerita
klasik Ramayana dan
cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun
lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di
Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik
tersebut
TARI ZAPIN
Zapin berasal dari bahasa arab yaitu
"Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak
pukulan. Zapin merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang
mendapat pengaruh dari Arab. Tarian
tradisional ini
bersifat edukatif dan
sekaligus menghibur,
digunakan sebagai media dakwah Islamiyah
melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.
Musik
pengiringnya terdiri atas dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan
tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Sebelum tahun 1960, zapin hanya ditarikan oleh
penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan
penari campuran laki-laki dengan perempuan.
Tari
Zapin sangat ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar zapin-nya sama,
ditarikan oleh rakyat di pesisir timur dan barat Sumatera, Semenanjung
Malaysia,Sarawak, Kepulauan Riau, pesisir Kalimantan dan Brunei Darussalam
wikipedia.bahasa.indonesia
TARI YAPONG
Tari
Yapong merupakan
suatu bentuk tarian dari Jakarta yang diciptakan untuk sebuah pertunjukan.[1] Tarian
ini bukan jenis tarian pergaulan seperti tari daerah kebanyakan, misalnya tari Jaipong dari Jawa Barat. Namun dalam perkembangannya, tarian ini sering
dijadikan sebagai tari pergaulan untuk mengisi sebuah acara sesuai dengan
permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi di dalamnya
wikipedia.bahasa.indonesia
TARI SEUDATI
Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari
provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti
saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah,
dan Nabi Muhammad utusan Allah.
Tarian
ini juga termasuk kategori Tribal
War Dance atau Tari Perang,
yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan
melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman
penjajahanBelanda, tetapi sekarang tarian ini
diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia
wikipedia.bahasa.indonesia
TARI ANDUN
Tari
Andun adalah
salah satu tarian rakyat yang berasal dari Bengkulu dan dilakukan pada saat pesta perkawinan. Biasanya
dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada malam hari dengan
diringi musik kolintang. Pada zaman dahulu, tari ini biasanya digunakan
sebagai sarana mencari jodoh setelah
selesai panen padi. Sebagai bentuk pelestariannya saat ini dilakukan sebagai
salah satu sarana hiburan bagi masyarakat, khususnya bujang gadis.
wikipwdia.bahasa.indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)