Sri Sultan
Hamengku Buwono I terlahir dengan nama Raden Mas
Sujana yang merupakan adik Susuhunan Mataram II Surakarta. Sri Sultan Hamengku
Buwono I kelak terkenal sebagai Pangeran
Mangkubumi. Akibat berselisih dengan Pakubuwono II mengenai masalah
pergantian tahta yang dipandang terlalu dicampuri Belanda, ia mulai menentang
Pakubuwono II yang mendapat dukungan Belanda (VOC) pada tahun 1747. Tak lama
kemudian, pecah perang. Pangeran Mangkubumi yang dibantu Raden Mas Said
memiliki siasat perang yang hebat dan membawa kerugian besar bagi Belanda. Pada
suatu pertempuran di daerah Demak, pasukan Belanda yang dipimpin De Clerk
berhasil dikalahkan.
Pada tahun 1749, Susuhunan
Pakubuwono II menyerahkan Kerajaan Mataram kepada Kompeni Belanda. Putra
Mahkota dinobatkan oleh Belanda menjadi Susuhunan Pakubuwono III. Peristiwa ini
membuat Pangeran Mangkubumi semakin membenci Belanda. Pangeran Mangkubumi
tidak mengakui penyerahan Mataram kepada Kompeni Belanda. Setelah pihak
Belanda beberapa kali gagal mengajak Pangeran Mangkubumi berunding
menghentikan perang, akhirnya diadakan perjanjian di Giyanti (sebelah
timur kota Surakarta) antara Pangeran Mangkubumi dan Belanda serta
Susuhunan Pakubuwono III pada tahun 1755. MenurutPerjanjian Giyanti,
Mataram dipecah menjadi dua,yaitu Surakarta yang tetap dipimpin oleh Susuhunan
Pakubuwono III dan Yogyakarta dengan Pangeran Mangkubumi diakui sebagai Sultan
Hamengkubuwono I. Kisah pembagian Kerajaan Mataram ini dan konflik di
antara para pangeran dalam perebutan kekuasaan digubah oleh Yasadipura
menjadi karya sastra yang disebut Babad
Giyanti. Sri Sultan Hamengku Buwono I meninggal pada tahun
1792 dan dimakamkan di imogiri. Putra Mahkota menggantikannya dengan gelar
Sultan Hamengkubuwono II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar