Senin, 24 November 2014

SULTAN HAMENGKUBUWONO I



Sri Sultan Hamengku Buwono I terlahir dengan nama Raden Mas Sujana yang merupakan adik Susuhunan Mataram II Surakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono I kelak terkenal sebagai Pangeran Mangkubumi. Akibat berselisih dengan Pakubuwono II mengenai masalah pergantian tahta yang dipandang terlalu dicampuri Belanda, ia mulai menentang Pakubuwono II yang mendapat dukungan Belanda (VOC) pada tahun 1747. Tak lama kemudian, pecah perang. Pangeran Mangkubumi yang dibantu Raden Mas Said memiliki siasat perang yang hebat dan membawa kerugian besar bagi Belanda. Pada suatu pertempuran di daerah Demak, pasukan Belanda yang dipimpin De Clerk berhasil dikalahkan.

Pada tahun 1749, Susuhunan Pakubuwono II menyerahkan Kerajaan Mataram kepada Kompeni Belanda. Putra Mahkota dinobatkan oleh Belanda menjadi Susuhunan Pakubuwono III. Peristiwa ini membuat Pangeran Mangkubumi semakin membenci Belanda. Pangeran Mangkubumi tidak mengakui penyerahan Mataram kepada Kompeni Belanda. Setelah pihak Belanda beberapa kali gagal mengajak Pangeran Mangkubumi berunding menghentikan perang, akhirnya diadakan perjanjian di Giyanti (sebelah timur kota Surakarta) antara Pangeran Mangkubumi dan Belanda serta Susuhunan Pakubuwono III pada tahun 1755.  MenurutPerjanjian Giyanti, Mataram dipecah menjadi dua,yaitu Surakarta yang tetap dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwono III dan Yogyakarta dengan Pangeran Mangkubumi diakui sebagai Sultan Hamengkubuwono I. Kisah pembagian Kerajaan Mataram ini dan konflik di antara para pangeran dalam perebutan kekuasaan digubah oleh Yasadipura menjadi karya sastra yang disebut Babad Giyanti.  Sri Sultan Hamengku Buwono I meninggal pada tahun 1792 dan dimakamkan di imogiri. Putra Mahkota menggantikannya dengan gelar Sultan Hamengkubuwono II.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar